7 Fakta Sejarah Tentang Ratu Cleopatra

7 Fakta Sejarah Tentang Ratu Cleopatra – Beberapa hari terakhir, nama Cleopatra menjadi perbincangan di jejaring sosial. Gara-garanya, Netflix baru merilis trailer serial dokumenter berjudul Queen Cleopatra. Film yang juga diproduksi oleh Jada Pinkett Smith itu langsung dikritik habis-habisan karena menggambarkan Cleopatra sebagai perempuan kulit hitam.

Heboh soal Queen Cleopatra membuat publik kembali tertarik kepada sosok sang ratu. Dikenal sebagai penguasa terakhir Mesir kuno, Cleopatra keluaran sgp dikenang publik sebagai perempuan berkarisma yang membuat pria-pria berkuasa dalam sejarah takluk. Seperti apa sosok Cleopatra menurut catatan sejarah? Berikut ini beberapa fakta menarik tentang sang ratu.

Poliglot dan Cerdas seperti Cendekiawan

Propaganda Romawi melukiskan Cleopatra sebagai seorang wanita yang menggunakan tubuh dan kecantikannya untuk menggoda pria-pria terkuat Roma. Namun pada kenyataannya, Cleopatra mungkin lebih terkenal karena kecerdasannya.

Cleopatra mampu berbicara dalam belasan bahasa. Ia adalah perempuan terpelajar yang memiliki pengetahuan dalam bidang matematika, filsafat, pidato, dan astronomi. Menurut History Channel, sumber-sumber Mesir kuno lantas menggambarkannya sebagai seorang penguasa yang secerdas para cendekiawan dan suka bercakap-cakap dengan mereka.

Sementara itu, penulis kuno Plutarch mengklaim bahwa kecantikan Cleopatra “bukannya tak tertandingi” dan menyebut karisma sang ratu yang justru “tak dapat ditolak”. Suara yang merdu dan nada bicara yang memikat juga menjadi salah satu daya tarik utama Cleopatra.

Bertanggung Jawab atas Kematian Saudara-Saudaranya

Saling menjatuhkan hingga membunuh adalah bagian tak terelakkan dari sejarah dinasti Ptolemaik. Cleopatra idn live toto dan saudara-saudaranya terlibat dalam konflik internal berdarah atas nama perebutan kekuasaan.

Saudara kandung sekaligus suami pertama Cleopatra, Ptolemy XIII mengusir sang ratu dari Mesir setelah ia mencoba mengambil alih tahta. Kemudian, mereka terlibat dalam perang saudara. Cleopatra berhasil menggulingkan saudaranya berkat persekutuannya dengan Julius Caesar. Ptolemy pun ditenggelamkan di Sungai Nil setelah kalah dalam pertempuran.

Cleopatra kemudian menikah lagi dengan saudara lelakinya yang lain, Ptolemy XIV. Ia juga diyakini membunuh suaminya ini demi mendudukkan putranya dengan Caesar di tahta. Pada tahun 41 SM, Cleopatra juga menjadi dalang eksekusi saudara perempuannya, Arsinoe IV yang dianggap sebagai ancaman dalam suksesi kekuasaan.

Cleopatra Ahli dalam Menciptakan Citra Diri dan Publik

Layaknya publisis yang piawai dalam merancang citra publik politisi, Cleopatra juga ahli dalam membentuk citra dirinya. Ia kerap merancang aksi dramatis untuk memikat calon sekutu dan memperkuat statusnya sebagai “dewi” di mata publik. Pada tahun 41 SM misalnya, Cleopatra menyiapkan aksi teatrikal yang sangat rinci untuk pertemuan dengan Mark Antony. Saat menemui Mark Antony di Tarsus, Cleopatra tiba dengan perahu emas megah yang dihiasi layar ungu. Cleopatra bersolek layaknya dewi Aphrodite.

Cleopatra duduk dengan anggun di bawah tenda berlapis emas, sementara para pelayannya membakar kemenyan yang harumnya semerbak dan menebarkan mahkota bunga. Mark Antony yang menganggap dirinya sebagai perwujudan dewa Yunani, Dionysus pun langsung terpikat.

Cleopatra Mungkin Tidak Tewas karena Digigit Ular

Cleopatra dan Mark Antony disebut mengakhiri hidup bersama-sama setelah pasukan Octavian mengejar mereka ke Alexandria pada tahun 30 SM. Antony dikatakan menikam perutnya, sementara metode bunuh diri Cleopatra tidak bisa dipastikan. Konon, Cleopatra tewas setelah membuat seekor ular berbisa menggigit lengannya. Walaupun begitu, Plutarch mengakui bahwa “apa yang sebenarnya terjadi tidak diketahui oleh siapa pun.” Ia mengatakan kalau Cleopatra juga dikenal suka menyembunyikan racun mematikan di salah satu sisirnya. Sejarawan Strabo mencatat bahwa Cleopatra mungkin telah menggunakan jarum yang sudah dicelup ramuan beracun dengan campuran bisa ular.

Cleopatra Tidak Memiliki Darah Mesir

Lahir di Mesir, silsilah Cleopatra dapat ditelusuri ke bangsa Yunani Makedonia. Ia adalah keturunan Ptolemy I Soter, salah satu jenderal Alexander Agung. Ptolemy memerintah Mesir setelah kematian Alexander pada tahun 323 SM. Ia mendirikan dinasti Ptolemaik yang kekuasaannya langgeng selama hampir tiga abad. Meskipun secara etnis tidak memiliki darah Mesir, Cleopatra merangkul seluruh tradisi dan kebudayaan Mesir. Ia bahkan menjadi keturunan wangsa Ptolemaik pertama yang mempelajari bahasa Mesir kuno.

Buah dari Hubungan Inses melalui Pernikahan Sedarah

Seperti kebanyakan keluarga kerajaan di masa lalu, anggota dinasti Ptolemaik memiliki tradisi pernikahan sedarah. Sebagian besar leluhur Cleopatra menikah dengan saudara kandung atau sepupu mereka. Kedua orang tua Cleopatra pun kemungkinan memiliki hubungan darah yang sangat dekat. Pernikahan sedarah dalam hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian garis keturunan keluarga raja. Sesuai dengan adat yang berlaku kala itu, Cleopatra akhirnya menikahi kedua adik laki-lakinya yang masih remaja, yaitu Ptolemy XIII dan kemudian Ptolemy XIV. Saat menikah dengan Cleopatra, Ptolemy XIV baru berusia 12 tahun. Sementara itu, Cleopatra berusia 22 tahun. Cleopatra dan suami-suaminya memerintah sebagai dwi penguasa.

Firaun Perempuan Terakhir Mesir

Cleopatra (69 SM–30 SM) adalah penguasa wanita terakhir Mesir, dan karena itu dianggap sebagai Firaun. Ia memerintah dengan gelar Cleopatra VII Philopater bersama saudara-saudara lelakinya dan kemudian putranya. Cleopatra adalah ratu terakhir dari dinasti Ptolemy. Menurut artikel Britannica, ia bertanggung jawab atas berakhirnya dinasti Makedonia yang memerintah Mesir selama tiga abad sejak kematian Alexander Agung. Cleopatra juga menjadi Firaun perempuan terakhir Mesir. Kematiannya menandai “senja” kekuasaan dinasti Mesir kuno yang telah berlangsung selama sekitar 5.000 tahun.